Senin, 31 Maret 2014

Wali Nanggroe Kunjungi Pidie


PADUKA Yang Mulia Wali Nanggroe Aceh Tgk Malik Mahmud Al-Haytar, berkunjung ke Kabupaten Pidie. Kunjungan kerja perdana Wali Nanggroe  Aceh ke-IX di daerah “Keurupuk Meulieng” itu disambut meriah oleh masyarakat Pidie. Senin, 31 Maret 2014.

Tiba di Pendopo Bupati Pidie sekitar pukul 09:30 WIB, Paduka Yang Mulia dan rombongan, disambut Bupati Sarjani Abdullah, Wakil Bupati M. Iriawan SE, bersama Anggota Forum Komunikasi Pemerintah Kabupaten (FKPK), dan perangkat adat setempat.

Robongan disambut dengan acara Seumapa dalam Bahasa Aceh yang berisikan salam sambut atas kedatangan Paduka Yang Mulia Wali Nanggroe Aceh Tgk Malik Mahmud Al-Haytar, kemudian dilanjutkan dengan tarian ranub lampuan dari sanggar seni Krông Nanggroe. Selanjutnya Wali Nanggroe dipeusijuek (tepung tawar) secara adat oleh ulama dan tokoh adat setempat.

Silaturrahmi dan temu ramah tersebut berlangsung di dalam pendopo bupati, dihadiri oleh Muspida, kepala SKPK, anggota DPRK, Camat, Imum Mukim dan tokoh Masyarakat Pidie serta Bupati Pidie Jaya H. Aiyub Abbas dan wakilnya Said mulyadi SE.

Bupati Pidie Sarjani Abdullah mengucapkan selamat datang di daerah "Pang ulee Buet Ibadat, Pang Ulee Hareukat Mugoe".

Dia mengatakan sebuah kehormatan dapat menerima kunjungan Paduka Yang Mulia Tgk. Malik Mahmud Al-Haytar untuk memenuhi undangan Pemerintah Kabupaten Pidie dalam rangka kunjungan kerja dan bersilaturrahmi dengan jajaran pemerintah dan masyarakat pidie.

“Pemerintah dan masyarakat berkomitmen mendukung segala bentuk program lembaga wali nanggroe, Wali Nanggroe dan Partai Lokal adalah salah satu poin penting perdamaian aceh yang tertuang dalam MoU Helsinki," kata Bupati Sarjani.

Bupati berharap wali nanggroe menjadi penerang bagi rakyat Aceh, dan sebagai anak bangsa wajib menjaga adat istihadat warisan indatu.

Bupati Sarjani juga menjelaskan sekilas, asal usul wali nanggroe yang telah ditetapkan dalam Qanun no 8 tahun 2012. Ia mengatakan, Wali Nanggroe adalah sebuah peralihan kekuasaan dari Sultan Aceh Muhammad Daud Syah, yang diserahkan kepada panglima perang Tgk Syik di Tiro Syeh Muhammad Saman, ketika Aceh diserang oleh Belanda hingga berlanjut kepada Tgk Chik Hasan Muhammad di Tiro dan saat ini jabatan wali nangroe berada pada paduka yang mulia Tgk Malik Mahmud Al-Haytar.

Selain itu Bupati Sarjani juga mengajak semua elemen untuk terus menjaga dan merawat perdamaian Aceh, bersatu bergandengan tangan dalam membangun dan mensejahterakan rakyat Aceh.

"saya tidak akan rela apabila perdamaian Aceh dinodai oleh oknum yang ingin menghancurkan Aceh," ujarnya.

Wali Nanggroe Aceh Paduka yang Mulia Tgk. Malik Mahmud, pada kesempatan itu mengatakan, Aceh adalah cikal bakal Indonesia, legalitas indonesia diawali dari daerah Aceh, dan itu adalah sumbangan terbesar rakyat Aceh untuk Indonesia.

Penguasa saat ini kata wali haruslah menjadi pelayan bagi rakyat, yang amanah dan istiqamah, dalam istilah asing disebut good goverment.

"Penyelenggara negara sebagai pelayan rakyat harus memenuhi secara utuh hak-hak dasar rakyat Aceh," ujarnya.

Selain itu Wali mengatakan, pemilu yang akan berlangsung beberapa hari lagi diharapkan dapat berjalan sukses dan damai, dan tidak terprovokasi dengan situasi.

"Jangan takut, apabila terjadi intimidasi atau kekerasan, segera laporkan kepada pihak kepolisian, saya yakin polisi akan bekerja profesional dalam memberikan perlindungan kepada masyarakat," imbuhnya

Kepada rakyat Aceh Wali menghimbau untuk menentukan pilihan secara bijaksana yang sesuai dengan hati nurani.

"Buktikan bahwa Aceh adalah daerah yang bermantabat dan menjadi contoh yang baik bagi daerah lain," ujar Wali Nanggroe Aceh Tgk. Malik Mahmud.[]
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 komentar:

Posting Komentar