Indonesia adalah bangsa yang besar, yang memiliki beragam seni
kebudayaan dan potensi alam yang melimpah. Salah satu kebudayaan di Indonesia
yang berasal dari Aceh adalah Tari Seudati.
Tari
Seudati di kabupaten pidie pada awalnya tumbuh di Gampong Gigieng, Kecamatan
Simpang Tiga, yang dipimpin oleh Syeh Tam. Kemudian berkembang ke Gampong
Didoh, Kecamatan Mutiara, di sana dipimpin oleh Syeh Ali Didoh.
Seudati
termasuk salah satu seni tari tradisional Aceh yang dilestarikan hingga kini
dan menjadi kesenian yang masih dilakukan pembinaan hingga ke tingkat Sekolah
Dasar.
Seudati
ditarikan oleh delapan orang laki-laki sebagai penari utama, terdiri dari satu
orang pemimpin yang disebut syeikh, satu orang pembantu syeikh, dua orang
pembantu di sebelah kiri yang disebut apeet wie, satu orang pembantu di
belakang yang disebut apeet bak , dan tiga orang pembantu biasa.
Selain
itu, ada pula dua orang penyanyi sebagai pengiring tari yang disebut aneuk
syahi. Jenis tarian ini
tidak menggunakan alat musik, tetapi hanya membawakan beberapa gerakan, seperti
tepukan tangan ke dada dan pinggul, hentakan kaki ke tanah dan petikan jari.
Gerakan tersebut mengikuti irama dan tempo lagu yang dinyanyikan oleh. aneuk
syahi
Bebarapa gerakan tersebut cukup dinamis dan lincah dengan penuh semangat.
Namun, ada beberapa gerakan yang tampak kaku, tetapi sebenarnya memperlihatkan
keperkasaan dan kegagahan si penarinya. Selain itu, tepukan tangan ke dada dan
perut mengesankan kekuatan sekaligus kesatria.
Busana
tarian seudati terdiri dari celana panjang dan kaos oblong berlengan panjang
yang ketat, keduanya berwarna putih; kain songket dililitkan pada sebatas paha
dan pinggang; rencong disisipkan di pinggang; tangkulok (ikat kepala) yang berwarna
merah diikatkan di kepala dan sapu tangan yang berwarna.
Busana
seragam ini hanya untuk pemain utamanya, sementara aneuk syahi tidak harus
berbusana seragam. Bagian-bagian terpenting dalam tarian seudati terdiri dari
likok (gaya; tarian), saman (melodi), irama kelincahan, serta kisah yang
menceritakan tentang kisah kepahlawanan, sejarah dan tema-tema agama.
Namun
seiring ketidakharmonisan Pemerintah RI dan pihak Gerakan Aceh Merdeka, selama
beberapa dekade lalu, lambat laun tarian yang penuh sejarah ini mulai lekang di
hati masyarakat Aceh pada umumnya.
Setelah
Gubernur Aceh dr. Zaini Abdullah melantik pasangan Bupati/Wakil Bupati Pidie
terpilih Sarjani Abdullah-M. Iriawan, pada pertengahan tahun 2012 lalu,
tepatnya pada bulan Juli, pasangan yang diusung oleh Partai Aceh itu dengan
sigap mengambil langkah yang tertuang dalam delapan butir prioritas pembangunan
kabupaten Pidie yang salah satunya adalah pengembangan budaya.
Pemerintah
Kabupaten Pidie mengharapkan masyarakat Aceh, khususnya masyarakat Pidie dapat
kembali meningkatkan pengetahuannya tentang seni budaya Aceh, seperti tarian
Seudati dan tarian lainnya.
Salah satu
wujud dukungan terhadap seni budaya, kelompok seni, selalu mendapat undangan ke
Pendopo apabila ada jamuan tamu dan kegiatan serimonial lainnya, bahkan pada
puncak perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, turut dimeriahkan dengan
penampilan tarian seedati bersama tarian Aceh lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar