Kamis, 13 Februari 2014

Seudati Pidie


Indonesia adalah bangsa yang besar, yang memiliki beragam seni kebudayaan dan potensi alam yang melimpah. Salah satu kebudayaan di Indonesia yang berasal dari Aceh adalah Tari Seudati.

Tari Seudati di kabupaten pidie pada awalnya tumbuh di Gampong Gigieng, Kecamatan Simpang Tiga, yang dipimpin oleh Syeh Tam. Kemudian berkembang ke Gampong Didoh, Kecamatan Mutiara, di sana dipimpin oleh Syeh Ali Didoh.

Seudati termasuk salah satu seni tari tradisional Aceh yang dilestarikan hingga kini dan menjadi kesenian yang masih dilakukan pembinaan hingga ke tingkat Sekolah Dasar.

Seudati ditarikan oleh delapan orang laki-laki sebagai penari utama, terdiri dari satu orang pemimpin yang disebut syeikh, satu orang pembantu syeikh, dua orang pembantu di sebelah kiri yang disebut apeet wie, satu orang pembantu di belakang yang disebut apeet bak , dan tiga orang pembantu biasa.

Selain itu, ada pula dua orang penyanyi sebagai pengiring tari yang disebut aneuk syahi. Jenis tarian ini tidak menggunakan alat musik, tetapi hanya membawakan beberapa gerakan, seperti tepukan tangan ke dada dan pinggul, hentakan kaki ke tanah dan petikan jari. Gerakan tersebut mengikuti irama dan tempo lagu yang dinyanyikan oleh. aneuk syahi

Bebarapa gerakan tersebut cukup dinamis dan lincah dengan penuh semangat. Namun, ada beberapa gerakan yang tampak kaku, tetapi sebenarnya memperlihatkan keperkasaan dan kegagahan si penarinya. Selain itu, tepukan tangan ke dada dan perut mengesankan kekuatan sekaligus kesatria.

Busana tarian seudati terdiri dari celana panjang dan kaos oblong berlengan panjang yang ketat, keduanya berwarna putih; kain songket dililitkan pada sebatas paha dan pinggang; rencong disisipkan di pinggang; tangkulok (ikat kepala) yang berwarna merah diikatkan di kepala dan sapu tangan yang berwarna.

Busana seragam ini hanya untuk pemain utamanya, sementara aneuk syahi tidak harus berbusana seragam. Bagian-bagian terpenting dalam tarian seudati terdiri dari likok (gaya; tarian), saman (melodi), irama kelincahan, serta kisah yang menceritakan tentang kisah kepahlawanan, sejarah dan tema-tema agama.

Namun seiring ketidakharmonisan Pemerintah RI dan pihak Gerakan Aceh Merdeka, selama beberapa dekade lalu, lambat laun tarian yang penuh sejarah ini mulai lekang di hati masyarakat Aceh pada umumnya.

Setelah Gubernur Aceh dr. Zaini Abdullah melantik pasangan Bupati/Wakil Bupati Pidie terpilih Sarjani Abdullah-M. Iriawan, pada pertengahan tahun 2012 lalu, tepatnya pada bulan Juli, pasangan yang diusung oleh Partai Aceh itu dengan sigap mengambil langkah yang tertuang dalam delapan butir prioritas pembangunan kabupaten Pidie yang salah satunya adalah pengembangan budaya.

Pemerintah Kabupaten Pidie mengharapkan masyarakat Aceh, khususnya masyarakat Pidie dapat kembali meningkatkan pengetahuannya tentang seni budaya Aceh, seperti tarian Seudati dan tarian lainnya.

Salah satu wujud dukungan terhadap seni budaya, kelompok seni, selalu mendapat undangan ke Pendopo apabila ada jamuan tamu dan kegiatan serimonial lainnya, bahkan pada puncak perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, turut dimeriahkan dengan penampilan tarian seedati bersama tarian Aceh lainnya.

Semoga impian dalam mengembangkan kebudayaan di Pidie ini dapat terwujud dengan partisipasi seluruh komponen masyarakat. Amin. (*)
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 komentar:

Posting Komentar