SEMUA bangsa di dunia ini
menyadari bahwa Ketahanan Pangan masyarakat merupakan fondasi bagi Ketahanan
suatu Negara. Membangun ketahanan pangan adalah
kebutuhan mutlak,
oleh sebab itu bangsa Indonesia
secara sadar telah meletakkan
salah satu prioritas pembangunan sebagai upaya
mewujudkan Ketahanan Pangan bagi rakyatnya dengan memajukan pertanian
Kabupaten Pidie yang berpenduduk lebih
kurang 379.108 jiwa, dan sekitar 80 persen penduduknya adalah petani, dalam mememenuhi kebutuhan pangan yang cukup, pemerintah bertekad untuk menjadikan wilayah ini sebagai daerah sentral agro bisnis yang
mantap dan pontensial, sesuai
dengan visi dan misi kepala
daerah Kabupaten Pidie.
“Mempersiapkan sumber daya Manusia (SDM) yang
handal dan berkualitas adalah hal mutlak untuk menopang Sumber Daya Alam (SDA) yang
menjanjikan disektor pertanian,” ujar Kepala
Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pidie drh. Anas Abdullah kepada Pidie Buletin, Senin, 18 November 2013
lalu.
Ia mengatakan Kabupaten Pidie memiliki lahan persawahan yang cukup luas
dan subur, dengan
luas areal
sawah 29.337 hektar, dengan
pengelolaan yang intensif dan insentif diharapkan akan mampu menjadi lumbung padi di Aceh.
Harapan tersebut diwujudkan dengan menggalakkan sejumlah program
pembangunan pertanian dan peternakan dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat tani di sejumlah daerah pedesaan.
“segarkan
kembali gotong royong,
saling peduli dan saling membantu memecahkan masalah dalam masyarakat adalah hal penting, kata Anas, serta menumbuh kembangkan lembaga
dalam masyarakat seperti mebentuk wahana partisipasi sosial sehingga membantu
proses pemantapan fungsi
keluarga tani dalam menciptakan kehidupan yang rukun, dinamis, makmur dan
sejahtera.
Lebih lanjut, Anas
menjelaskan bahwa melalui
program pertanian, pihaknya
akan melaksanakannya secara dinamis untuk mencapai tujuan pembangunan nasional dalam meningkatkan ketahanan
pangan yang diembankan kepada Dinas
Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pidie
diantaranya swasembada beras, swasembada daging, swasembada jagung. “Ini merupakan program dua
tahun ke depan,
insyaallah tercapai hendaknya, harapnya.
Disamping itu Bupati Pidie juga pernah mengatakan
bahwa masyarakat tidak menganjurkan untuk menanam padi pada musim gadu (ruweung) akan tetapi masyarakat dianjurkan agar mampu membudidayakan lahan-lahan dengan menanami palawija
berbagai upaya dilakukan dalam
peningkatan produksi padi, salah
satunya adalah memperbaiki ketersediaan benih bermutu yang dihasilkan oleh penangkar
padi yang ada kabupaten Pidie. Pada tahun 2014 nanti kata Anas telah dialokasikan bantuan
saprodi untuk penangkar benih padi untuk 730 Gampong yang diharapkan dapat menghasilkan benih lebel biru
yang telah tersertifikasi.
Selain itu dia menambahkan menyusul tingginya harga bahan baku
tahu dan tempe di pasaran. melalui
Dinas Pertanian Peternakan (Distannak) Pidie, pemerintah akan memperluas areal tanam kedelai dari 2.500
Hektare menjadi 5.000 Hektare. Petani akan dibantu mulai dari pembibitan hingga
penanaman. “Kami usulkan program untuk tahun depan dengan menambah areal tanam
kedelai, yang didanai dari APBN,” ujarnya
Menurutnya daerah penghasil kedelai terbesar di Pidie saat ini berada di Kecamatan Tiro dengan lahan yang
memiliki seluas
1.400 Hektare dan jumlah produksi tiap tahunya 700 ton. Namun hasil
panen dari Tiro tersebut dilaporkan hilang di pasaran karena diborong oleh
pembeli dari
luar Pidie, sehingga
pengrajin tahu di kabupaten terpaksa membeli kedelai impor dengan harga lebih
tinggi.
Ia juga mengimbau agar pada musim gadu
(April-September) petani agar menanami kedelai atau jenis
palawija lainnya, “karena kita masih mengandalkan air tadah hujan, jika dipaksa tanam padi kemungkinan akan terjadi krisis air dan
mengakibatkan kekeringan sehingga terjadi gagal panen, untuk itu lebih baik agar petani
menanam kedelai di musim gadu,” tutur Anas. (Y)
0 komentar:
Posting Komentar